Kebodohanku ini masih berlanjut, perasaan yang sudah ku anggap biasa saja
kini terasa sangat menyakitkan. Belakangan ini aku di buat bahagia olehmu tapi
tak berapa lama kemudian aku tersadar kebaikanmu hanyalah sekedar. Aku hanyalah
temanmu maka wajar jika kamu memberiku sebuah pertolongan, aku terlalu banyak
berharap sehingga aku membohongi diriku sendiri dengan semua harapanku itu.
Kamu sebenarnya tahu terhadap perasaanku ini tapi kau diam seolah kau tak tahu
bahkan kau tak memperdulikannya, kamu tahu betapa sakitnya perasaanku ini? Aku
memang bodoh bermain dengan perasaan konyol ini. Selama ini aku tak pernah tahu
bagaimana perasaanmu padaku, cintakah? Atau hanya sekedar rasa persahabatan?
Aku sudah berjuang untuk meninggalkan perasaanku ini dan di hari yang kulalui
tanpamu aku tak lagi merasa kesepian bahkan aku sudah tak lagi merindukanmu.
Dari sekian lamanya kita tak berjumpa dan belakangan ini sudah beberapa kali
kita bertemu, pada hari itu apa kamu bisa menebak bagaimana perasaanku? Jantungku
hampir copot! Astaga, aku tak menyangka dengan perasaanku ini. Dan selama dua
hari aku tak bisa untuk tidak tersenyum, aku merasa pada hari itu kita seperti
sedang bernostalgia dimana kita pernah melakukan hal itu sebelumnya. Lagi-lagi
aku harus tersedar dengan hubungan kita yang tak pernah jelas itu, setelah aku
tersenyum selama dua hari dan pada malam harinya ku lihat timeline twitter kau
buat senyum cerahku terhapus oleh air mata. “Ada
yang menunggu, menunggu dan terus menunggu, hanya untuk tahu di akhir cerita
kalau seseorang itu justeru tidak sedang menunggu dirinya” Darwis Tere
Liye-
Sudah lama sekali aku menghilangkan rasa ingin memiliki, dengan sikap
diammu itu pun aku sadar tak ada aku dihatimu. Semua kutipan yang kau tunjukan
padaku itu hanya membuat perasaanku semakin sakit, selama ini kamu tak pernah
memiliki keberanian untuk berbicara langsung padaku. Seberapa menyakitkan
kata-kata yang ingin kau ucapkan padaku, aku sudah sangat siap tapi kamu
seperti lelaki pengecut yang lari dari kenyataan. Aku hanya ingin tahu
perasaanmu padaku seperti apa jika memang tak ada aku maka aku akan pergi dan
mencoba menyambut seseorang yang mencintaku, jika ada aku dihatimu aku siap
menunggumu. Malam ini aku tersadar kembali aku tahu aku tak pantas untukmu, aku
hanyalah gadis yang tak berparas cantik sepeti gadis lain yang kau sukai ketika
mereka memposting hasil jepretan kameranya. Aku sangatlah jauh dari mereka,
warna kulit kita pun berbeda mungkin kamu sering berpikir jika jalan bersamaku
akan terasa memalukan. Semenjak aku memikirkan tentang itu perlahan aku mulai
memanjakan tubuhku, aku ingin cantik. Aku ingin cantik untuk seseorang yang
nanti akan menjadi imamku. Aku sudah tak lagi berlari mengejarmu, kamu semakin
sulit untukku gapai dan pintu hatimu terlalu rapat untukku buka. “Hidup harus terus berlanjut, tidak perduli
seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat” Darwis
Tere Liye-
Sejanak aku berhenti dari langkah yang terus mengejarmu karena aku lihat
kamu mempercepat langkah pelarianmu, ketika kau menengok ke belakang aku sudah
berhenti jauh dari posisimu berada. Kusebut namamu dan kau menghampiriku, aku
merasa bahagia hingga aku mulai melangkahkan kakiku mengikuti langkahmu lagi
dan kaupun mulai berlari kencang lagi. Haruskah aku terus menerus berlari
mengikutimu yang sedikitpun kau tak memperjelas ataupun dengan tegas mengatakan
“berhentilah mengikutiku, karena kamu tak pantas untukku” Andai kau berkata
seperti itu mungkin sekarang aku sudah berjalan ke arah seseorang yang sedang
menungguku. Sayangnya hati ini seperti sudah mati rasa, seoalah hanya kamulah
yang bisa membuka pintu hatiku dan kini aku hanya bisa menuggu seseorang yang
dapat membuka pintu hatiku ini. Aku menulis ini hanya ingin memberitahumu
bahawa aku tak seperti yang kamu pikirkan, aku tak sebodoh itu yang terus
menerus berlari mengikutimu. Walau perasaanku ini belum berubah perlahan dan
pasti rasa sakitku ini akan terobati ketika aku mulai jatuh cinta lagi kepada
seseorang yang mencintaiku pula.”Jika
sepotong kisah hidup kita tidak selesai, tutup potongan tersebut, lanjutkan
kisah yang lain. Ada banyak cerita baru
yang lebih seru telah menunggu” Darwis Tere Liye-
Aku terus-menerus mencoba melepaskan pelarianmu itu, aku mencoba tak
perduli apapun yang kau kutip di akun sosial mediamu. Aku masih dalam tahap
melepaskan segalanya tentangmu, akan terasa lebih ringan jika aku melepaskan
perasaan ini. Belajar memahami dan mengerti perasaanmu yang tak menuju padaku,
aku tak mau egois hanya karena perasaanku ini tapi aku mohon jika memang bukan
aku pilihanmu janganlah lagi menghampiriku ketika aku memanggil namamu.
Teruslah diam dan diam hingga aku benar-benar sudah melepaskan perasaan ini dan
aku sudah bisa menerima kehadiran pria lain yang mencintaiku. Kamu memang
seseorang yang terbaik yang pernah hadir di hidupku dan kamu satu-satunya orang
yang pernah membuatku merasakan arti dari cinta. Aku menyesal dulu sering kali
aku mengabaikan telepon darimu yang kini setiap malam aku berharap mendapat
panggilan telepon darimu berakhir dengan harapan pula. Bahkan kamu tak pernah mengirimiku ke pesan sekedar say
hello. Kecewa? sudah pasti aku sangat kecewa dengan sikapmu yang seperti itu
aku pun tak tahu aku harus bagaimana tapi yang pasti aku harus sepenuh hati
melepaskan semua ini. Aku harus menghargai perasaanmu yang tak menyayangi aku,
aku tidak boleh egois dan aku tidak boleh mementingkan perasaanku sendiri. Aku
harus menerima dengan baik akhir dari kisah cintaku ini yang pada akhirnya aku
harus melepaskan perasaan terbaik ini.”Yang
lebih menyakitkan adalah : saat orang itu memutuskan sudah tidak peduli lagi.
Ditegur tidak, disapa juga tidak, didiamkan saja. Dianggap tidak ada” Darwis
Tere Liye-
Melepaskan adalah
cara terbaik untuk berdamai dengan masa lalu. J