Senin, 09 Februari 2015

Kebodohan

SALAH satu harapan aku padanya yang sudah lama tak ada kabar adalah ingin bertemu. Walau di dalam pikiran pusing setengah mati memikirkan bagaimana caranya untuk bertemu? Jika bertemu apa yang akan aku ucapkan? Bagaimana jika dia sudah memiliki kekasih? Ya setidaknya itulah yang aku pikirkan. Terlalu banyak harapan yang tersimpan di hatiku sehingga ketika pertemuan itu terjadi ada rasa sakit yang menekan hatiku. Aku memang hanya bisa berencana tapi Tuhan lah yang berkehendak dan kau yang meghancurkan. Seperti kau tak pernah menganggap keberadaanku ini, pedih tapi memang itu yang bisa kulakukan. apa aku harus mengemis meminta perhatian darimu? Sepertinya aku akan menjadi wanita terbodoh disini. Baiklah, kini aku hanya memiliki satu harapan padamu yaitu bersikap baiklah padaku seolah dulu tak pernah terjadi apa-apa.
Seiring berjalannya waktu, sekian lamanya kita tak bertemu dan sebanyak pesan dariku yang tak pernah kau gubris membuat besi yang dipanaskan mulai meleleh anggap saja besi itu hatimu. Gading yang kau bilang retak itu sedikit demi sedikit kututupi dengan alasan persahabatan, ya aku ingin bersahabat denganmu walau itu tak mungkin tapi setidaknya kata “teman” kini menjadi tempat sandiwara untuk kita bercakap. Aku tak tahu harus menyalahkan siapa keadaan kita saat ini, yang kutahu kau itu lelaki pengecut yang tak bisa jujur dengan hatimu sendiri. Ya baiklah tulisanku ini memang tak akan kau gubris seperti tulisanku yang lainnya. Setiap ada kesempatan untuk kita bertemu aku hanya diam dan kaupun diam, bodoh bukan? Bahkan setiap pertemuan kita pun aku hampir tak pernah mendengar kau menyebut namaku, pertanyaan singkat yang kau tanyakan padaku pun tak kau tulis namaku. Apa aku harus bersedih menangis mengeluarkan air mata kebodohan lagi? Tidak, aku sudah merasa sekuat karang kali ini.
“Bagi dong lagunya”
“boleh nih”
“ada teman pesan minta lagu baru, hehehe”
“Gak ikhlas, gak ihklas!!” di dalam hati
Pada saat itu hanya bisa mengela nafas penyesalan karena tak tahu harus berkata apa dan tak mungkin aku menolak berkata “ah gak boleh” sejujurnya memang ingin berkata seperti itu tapi apa boleh buat lidahku kelu untuk berkata seperti itu. Hanya bisa berharap file itu terhapus di handphone mu, semoga.
          Hari ini hujan tak kunjung reda membuatku semakin teringat pada mie rebus dengan kuah pedas haha aku tak ingin mengingatmu berlebihan, cukup saat menulis saja aku mengingatmu. Kini yang kulihat dirimu mulai merangkul kebahagiaan yang kau inginkan, perjuanganmu mulai membuahkan hasil dan aku hanya bisa tersenyum dengan tulus. Sudah kuucapkan takkan ada tangisan lagi kali ini dan aku masih berdoa untuk kebahagiaanmu. Banyak orang lain berkata tak ada yang tulus berkata “aku mendoakan kamu bahagia” jujur aku sangat tulus karena kamu pernah menghiasi hariku. Sahabatku selalu berkata aku bodoh karena masih mengaharapkanmu dan aku berkata dia tak tahu kebaikan apa yang ada di dalam dirimu yang membuatku tak pernah melupakanmu. Dengan tanpa putus asa kini aku mendapatkan perasaan itu, perasaan dimana aku menganggapmu hanya sebagai seorang teman. Apa kau senang dengan itu? Kuharap tidak.

Aku bersungguh akan jatuh cinta lagi kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yuuk berkomentar